Bagaimana strategi membangun personal branding bagi praktisi PR?
Banyak cara untuk membangun personal brand pada umumnya. Untuk praktisi PR
- Saya mau dikenal sebagai praktisi PR yang bagaimana? PR yang seperti apa? Yang glamor, yang arogan, yang menonjolkan penampilan, yang menjual pesona diri, yang dianggap suka bergaul, yang cerewet, suka tampil atau yang berkelas di tingkat seusia saya
- Apa yang unik tentang saya, tunjukkan dalam sikap dan prilaku melalui kata kata dan sikap, perbuatan, tindakan termasuk bahasa tubuh
- Jadilah diri sendiri, jangan meniru orang lain.
- Tunjukan nilai nilai PR yang saya anut, apa yang saya ketahui tentang PR, bagikan kepada orang sekitar Anda.
Personal brand ditentukan dari kualitas dan kepekaan diri atas kesadaran diri sendiri, sikap dan prilaku praktisi PR – bukan dari orang lain. Personal branding adalah cerminan diri sendiri, termasuk bagaimana cara kita bergaul sebagai praktisi PR, baik di lingkungan komunitas PR maupun lingkungan lain dimana kita bergaul.
Bagaimana trik meyakinkan manajemen agar PR dipandang strategis?
Agar Manajemen memandang PR sebagai sesuatu yang strategis, atau lebih tepatnya sebagai fungsi dari Manajemen – diperlukan strategi, bukan trik semata.
Pertama, kenali dulu visi misi lembaga/institusi di mana Anda berada.
Kedua, fahami apa yang ada di benak Manajemen – tepatnya Top atau Senior Manajemen (kumpulan orang orang yang mengambil keputusan dalam lembaga yang bersangkutan), mau dibawa kemana visi misi sejauhmana?
Ketiga, Ikuti diskusi atasan, cari informasi isu / permasalahan apa yang terjadi. Apa yang seharusnya dapat dicapai dan tidak tercapai, apa kendalanya?
Ke empat – terjemahkan kendala tersebut dalam bahasa dan kegiatan PR sebagai sarana persuasive yang diarahkan kepada publik tertentu yang berkaitan dengan isu/masalah yang dianggap menganggu atau menimbulkan kesan negatif terhadap lembaga.
Ke-lima, Formulasikan satu strategi / proposal PR yang disusun berdasarkan konsep yang sederhana 5W 1 H – dan pada akhirnya, laporkan hasil evaluasi dari kegiatan tersebut – sejauhmana mendapat respon dari publik sasaran.
Perlu diketahui bahwa banyak strategi PR yang tidak memerlukan dana – sebab pada dasarnya PR adalah approach – pendekatan. Bagaimana caranya agar mengatasi masalah dipecahkan dengan menggunakan strategi PR yang sederhana tetapi mengenai sasaran, sehingga Manajemen mempunyai kesan yang berbeda terhadap PR. Pertanyaan sekarang : Apakah saya sudah mempunyai kemampuan untuk meyakinkan manajemen dengan sikap dan prilaku saya sebagai PR yang strategis? Kalau belum? Banyak belajar, menimba ilmu, perluas wawasan, managerial, strategi dan taktik. ingatlah EGA, Education Guarantee Achievement.
Apakah faktor gender berpengaruh terhadap profesi PR? Dan bagaimana praktisi PR perempuan menjalankan profesi agar tidak tertinggal dan setara dengan PR laki laki?
Satu kajian yang diketuai oleh Dr. Larissa Grunig di Amerika Serikat, menyimpulkan bahwa para perempuan menghadapi ‘glass ceiling’ – artinya ada hambatan untuk mencapai posisi yang setara dengan praktisi laki-laki. Hasil kajian juga menyimpulkan bahwa praktisi PR perempuan cenderung bekerja pada perusahaan yang sarat dengan fungsi penjualan dan pemasaran.
Apakah hasil kajian tersebut berlaku juga di Indonesia? Belum ada kajian nasional di Indonesia mengenai kesetaraan gender pada profesi PR yang dipublikasikan secara luas.
Dalam skala dunia, PR professional tidak mengenal perempuan atau laku-laki. Masalah gender tidak menjadi topik dalam konferensi PR yang pernah saya hadiri di luar. Yang menjadi tantangan utama adalah bagaimana meningkatkan kualitas jasa PR, apakah dia sebagai in-house atau konsultan independen.
Selama praktisi PR berada di tataran tehnis – selama itu dia akan tertinggal dengan PR professional yang kebanyakan dijalankan oleh laki-laki yang dianggap dapat berbicara dalam bahasa makro dengan jangkauan pemikiran yang lebih luas dan kompleks – yang dapat menyediakan waktu 24/7 jika perusahaan mengalami krisis, yang siap standby untuk diajak diskusi memecahkan permasalahan strategis dimana saja, dalam situasi yang kritis sekalipun. Ada kalanya situasi begitu keras dan kompleks, khususnya dalam perusahaan yang mengalami banyak perubahan, gunjangan konflik karena berbagai kepentingan.
Saran: tidak perlulah praktisi perempuan bersaing dengan laki-laki, karena pada hakekatnya Tuhan menciptakan perempuan dan laki laki dengan tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Jalani ajaranNya dengan penuh etika dan tg. Jawab.
Bagaimana trik mempersiapkan karier di bidang PR bagi mahasiswa agar menjadi PR yang strategis?
Jalan masih sangat panjang untuk menjadi PR yang strategis. Masalahnya : seberapa cepat waktu Anda untuk dapat menempuh jalan yang panjang itu.
Pertama, ubahlah mindset – cari berfikir yang tradisional. PR adalah image! Bukan – PR adalah kepercayaan (TRUST). Seberapa pandai orang orang disekeliling Anda akan mempercayai Anda – bahwa Anda dapat dipercaya, dapat diandalkan, tidak mengulur waktu, tidak mengada-ada, tidak berkelit, tidak mengakali, tidak berbohong. Bukan dengan pakaian yang bagus dan mulut yang manis – tetapi ternyata Anda mengecewakan pihak lain.
Kedua – cari mentor, bisa dosen, praktisi atau pakar yang dapat mendorong Anda kea rah yang strategis – punya visi, jauh berpandangan ke depan, melihat sisi terang dari profesi PR (bukan sebaliknya).
Ke tiga, perluas pergaulan – cari pengalaman di luar kampus – ikut kegiatan edukasi, seminar, diskusi yang memaju diri untuk berpikir ‘out of the box’.
Ke empat – ikuti terus perkembangan profesi PR dalam dan luar negeri. Perkaya diri dengan menambah wawasan, pengalaman lapangan, strategi dan taktik. Lanjutkan sekolah yang mendorong Anda ke arah managerial dan strategis.
Ke lima – jangan bersikap arogan! Baru internship di perusahaan PR saja sudah arogan sikapnya – merasa hebat bernaung dengan logo besar perusahaan.
Yang terpenting : Jangan jualan diri atau agresif dalam bersikap, jika Anda tidak mau disebut Salesman/Saleswoman – sangat jauh dari kualitas PR yang strategis.
(Posted in: Majalah PR Indonesia, April 2017)