Dinamika dan tantangan seperti apa yang dihadapi PR tahun 2019?
Dinamika praktek PR nampaknya dimonopoli oleh digital dan media sosial.
Berbagai krisis mencuat di kalangan perusahaan pelat merah, sementara ratusan individu tertipu dengan upaya komunikasi pemasaran yang oleh sebagian orang dianggap ‘hebat PR nya’. Ini adalah masalah internal yang sangat mendasar, dimana peran dan fungsi PR masih sebatas promosi dan publikasi – belum difungsikan sebagai ‘early warning system’. Karenanya, PR masih dianggap sebagai ‘biaya promosi’ yang dengan mudah anggaran untuk peningkatan kualitas SDM PR ini dipangkas. Peran dan fungsi PR sebenarnya merupakan investasi sosial yang secara konsisten harus terus ditingkatkan untuk mendapat kepercayaan publik yang semakin tergerus oleh kuatnya dampak media sosial yang banyak merubah prilaku publik dan para influencer yang dipekerjakan.
Trend PR di 2020 menurut Elizabeth Goenawan Ananto, Ph.D, FIPRA
Dalam praktek PR sebagai fungsi manajemen, trend PR akan dipengaruhi oleh :
– Sistim politik suatu Negara
– Keadaan sosial ekonomi dan perkembangan situasi sebagai dampaknya
– Kematangan sistim media
– Ada tidaknya pressure groups dan
– Kualifikasi praktisi PR itu sendiri.PR 2020 dan selanjutnya akan lebih terfokus pada pemanfaatan big data sebagai sarana untuk menjangkau stakeholders secara lebih luas dan lebih bersifat individual. Aplikasi AI (artificial intelligence) perlu disikapi dengan bijak, melihat begitu besarnya perubahan prilaku sosial dari masyarakat di era digital ini. PR akan banyak memanfaatkan IT, on-line operator dan analis yang lebih cenderung memiliki kemampuan bisnis, dibandingkan dengan hanya keterampilan komunikasi saja.
Sesuai dengan data yang dikeluarkan World Economic Forim mengenai Emerging Roles, Global Change by 2020, tantangan yang akan dihadapi PR di tahun 2020?
Tantangan terbesar adalah merubah mindset, bahwa PR bukan lagi sebagai figur seseorang yang melakukan komunikasi, tetapi ‘pendekatan’ (approach) dengan kembali kepada prinsip PR yang sebenarnya ‘ Tell the Truth, Nothing but the Truth’. Bagaimana PR dapat berperan sebagai “Agent of Change” – berdiri di garis depan untuk mengkomunikasi perubahan dengan memanfaatkan teknologi komunikasi – bukan hanya publikasi lembaganya akan tetapi seberapa jauh lembaga tersebut memberikan dampak sosial kepada masyarakat. Bagaimana konsep konsep PR dapat terintegrasi dalam setiap tindakan organisasi – secara internal dan eksternal. Keterampilan tehnis akan sangat tergantikan oleh teknologi.
Bagaimana sebaiknya pelaku PR menyikapi tantangan tersebut dan kompetensi apa yang harus ditingkatkan?
Untuk di tingkat tehnisi, atau praktisi pemula – tingkatkan kompetensi berbasis IT. Kemampuan tehnis ini perlu dikembangkan kearah yang lebih luas – kemampuan untuk tahu lebih banyak (intelllectual capacity) yang semakin diperlukan untuk pengembangan diri. Kompetensi yang perlu ditingkatkan adalah pengetahuan mengenai lembaga dimana praktisi bekerja. Apa visi, misi, tujuan lembaga dan bagaimana lembaga berinteraksi dengan publiknya – bagaimana caranya supaya lembaga ini dapat memberikan informasi yang terdepan dibandingkan dengan lembaga pesaingnya dengan memanfaatkan perangkat IT dan kemampuan tehnis lainnya.
Di tingkat manajerial praktisi PR perlu memahami manfaat data yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan (riset). Data digunakan sebagai alat analisa untuk membuat strategi komunikasi yang lebih terarah dan berkesinambungan dan berdampak untuk masyarakat. Tanpa data, kegiatan PR bersifat asal jadi, ad hoc, asal heboh. Event tanpa data dan scenario – hanya akan menghabiskan anggaran, kita tidak dapat diukur keberhasilannya. Karena itu, di tingkat manajerial, riset atau audit sangat diperlukan. Di tingkat ini kemampuan analisa dan interpretasi serta koordinasi dengan pihak yang terkait sangat diperlukan.
Di tingkat strategis – praktisi PR harus lebih dekat dengan CEO dan senior manager (pengambil keputusan dalam organisasi) – untuk memberikan masukkan mengenai trend dan tantangan PR. CEO dan manager senior memerlukan hasil yang nyata dari kegiatan PR – apa kontribusi PR terhadap perusahaan / lembaga. PR di tingkat ini harus dapat memberikan masukan yang strategis mengenai – positioning lembaga dan nilai2 sosial yang merupakan pencapaian visi lembaga. PR di tingkat ini harus berfikir keras sebagai ‘team leader’ – bukan lagi sebagai praktisi komunikasi.
Langkah yang tepat dilakukan oleh pelaku PR dalam menyusun strategi komunikasi di tahun 2020
Pertama, kita harus introspeksi diri – dimana posisi saya dalam organisasi, dimana posisi organisasi dalam industri yang sama. Kedua, cari tahu berdasarkan data, apa problem yang terjadi – dimana gap nya. Apa yang diharapkan dan bagaimana caranya untuk mengurangi problem yang ada. Ketiga, apa saya yang dibutuhkan – waktu, tenaga, dana, dukungan internal, pihak pihak yang terkait? Dan terakhir, susun rencana komunikasi yang realistis, terjangkau dan dapat diukur keberhasilannya – ulangi lagi, perbaiki yang kurang, sempurnakan.
Strategi komunikasi harus berinduk ke arah organisasi sebagai rumah besar. Strategi komunikasi tidak dapat berdiri sendiri berdasarkan keinginan team komunikasi. Karena itu perlu arahan dari atas untuk menyelaraskan kegiatan komunikasi dengan pergerakan organisasi – ke arah perubahan yang seperti apa yang diharapkan.
Yang harus menjadi perhatian atau diwaspadai oleh pelaku PR di tahun 2020
Praktisi PR dimanapun dia bekerja, harus memahami prinsip dasar PR sebagai ilmu dan praktek. Secara sederhana ‘ Jangan bohong’. Bisa saja salah karena kurang informasi atau kelalaian team komunikasi untuk memberikan data yang up-to-date. Tetapi jangan bohong. Jangan memberikan keterangan pers berdasarkan asumsi, tanpa fakta yang kredibel. Publik sekarang sudah semakin pandai untuk mengakses informasi dari berbagai sumber, resmi maupun tidak resmi. Praktisi PR perlu memahami etika dan transparansi informasi yang menyangkut lembaga (good governance). Sekali masuk ke dalam daftar hitam – integritas yang selama ini dipegang, akan hilang begitu saja.
Pesan dari Elizabeth Goenawan Ananto, Ph.D, FIPRA untuk para praktisi PR
Jangan berhenti mengembangkan diri. Ilmu pengetahuan sekarang sangat terbuka melalui berbagai sarana – tatap muka dan on line. Praktek PR harus berdasarkan nilai nilai profesi, yang dikukuhkan sebagai kode etik. Semakin kita mendalami ilmu dan pengetahuan serta aplikasi konsep PR di dunia nyata, semakin kita tahu bahwa tantangan profesi ini tidak sederhana. PR berkembang sesuai dengan dinamika perubahan dunia dan akan selalu mencari keseimbangan dan hamoni dari berbagai kutup yang tidak serasi. PR mencari ‘peace and harmony’ untuk memperoleh ‘win-win solution’ melalui dialogue, transpransi informasi yang berbasis kejujuran.
Dari sisi akademisi, yang sebaiknya dilakukan perguruan tinggi untuk meminimalisasi gap antara dunia akademisi dengan kebutuhan industri dan tantangan PR saat ini dan ke depan
Staff pengajar diharapkan tidak hanya bergelut dengan teori, tetapi terjun ke lapangan sehingga dapat memahami dinamika perkembangan praktek PR yang kekinian. Dalam kaitan dengan riset, perlu diupayakan riset yang bermanfaat untuk peningkatan peran dan fungsi PR bagi organisasi dan publik secara luas.
Keberhasilan satu program studi, bukan hanya dinilai dari capaian akreditasi untuk mendapatkan peringkat secara nasional atau internasional – akan tetapi lebih dinilai dari kualitas lulusan untuk diserap di berbagai industri. Kurikulum dan silabus perlu disesuaikan dengan isu dan studi kasus yang kekinian dengan melibatkan praktisi yang berpengalaman di bidangnya. Kolaborasi antar kampus – perusahaan – lembaga, organisasi profesi akan sangat membantu percepatan peningkatan kualitas lulusan yang diperlukan oleh industri dan lembaga/organisasi.
(Source: Majalah PR Indonesia, January 2020)