- Nation Branding is the strategic imperative for sustainable market competitiveness.
- Nation branding is crucial in order to attract investment, boost exports, attract tourists and talented workforce
- Nation branding stands between public diplomacy and economic benefits.
Menurut Simon Anholt dengan hexagon teorinya – ada 6 variable yang membentuk Nation Brand suatu Negara – yaitu
- Governance opini publik mengenai kemampuan suatu Negara untuk menangani dan komitmen terhadap isu global (transparensi, keadilan dan tata kelola pemerintahannya)
- Exports citra publik mengenai produk/jasa dari suatu Negara
- Tourism daya tarik untuk mengunjungi satu Negara
- Investment & Immigration kemampuan untuk menarik orang untuk tinggal, bekerja dan studi. Tingkat kualitas kehidupan dan lingkungan bisnis dari suatu Negara
- Culture & Heritage persepsi publik mengenai warisan budaya bangsa
- People reputasi kemampuan, keterbukaan suatu bangsa
- Index of Economic Freedom (2022), merilis data bahwa Indonesia berada di kelompok ‘moderately free’ di urutan ke 63 dunia, dan urutan 10 secara regional.
- Menurut Global Peace Index (2022) Indonesia berada di urutan ke 47 dari 163 negara, di urutan ke 4 untuk kawasan Asia.
- Global Competitive Indonesia (2022) yang dirilis oleh Institute of Management Development – berada di urutan 44, terbawah ke 3 dari Asia.
- Global Tourism Competitive Index – Indonesia berada di urutan ke 32 dari 117 negara yang diteliti.
Nation Branding – bukan konsep yang sederhana yang dapat diangkat dengan promosi besar2an di bidang tourisme, pemasaran produk dan jasa. Kita harus berani secara jujur mengakui bahwa dari aspek Governance, People, Investment dan Tourism kita masih jauh tertinggal dari Negara lain.
Ditengah berbagai penghargaan dan pengakuan global terhadap Indonesia – kita tidak boleh lengah, berpuas diri – tetapi harus berani melakukan koreksi – apa yang harus kita tingkatkan. Tidak ada lagi istilah ‘business as usual’.
Bagaimana opini dunia terhadap Indonesia sekarang dan masa mendatang.
DPR EGA #16 kita bahas secara terbuka dengan pakar
Ardi Sutedja – Ketua, Indonesia Cyber Security Forum – ICSF
Tria Patriani – Dosen senior – Universitas Muhammadiyah – Jakarta