Sepanjang sejarah perkembangan public relations sebagai teori dan praktek, dikenal Excellence theory yang merupakan Grand theory public relations yang sebagai referensi akademik sampai sekarang. Kajian yang menghasilkan teori besar ini, disponsori oleh IABC dengan biaya $400.000 dilaksanakan oleh Dr James Grunig yang melibatkan 22 pakar pendidikan. Kajian ini meneliti 500 perusahaan di Eropa, Amerika Serikat dan Canada.
Intinya, Excellence Theory mencari jawaban mengenai peran dan posisi public relations sebagai fungsi manajemen dan menghasilkan temuan yang menjelaskan :
- Nilai yang diberikan oleh CEO dalam posisinya sebagai koalisi dominan
- Peranan dan prilaku penanggung jawab komunikasi
- Pengaruh budaya yang berdampak kepada kinerja PR
Di Indonesia, Excellence Theory diperkenalkan secara luas oleh Ibu EGA yang mengenal secara pribadi Dr. Gunig, dan pernah diundang 2 kali ke Indonesia, pada tahun 2004 dan 2012. Prinsip generic yang dari Excellence Theory ini yang mendasari kiprah Ibu EGA selama 25 tahun terakhir. Bagaimana implikasinya di Indonesia?
Diskusi PR bersama EGA yang ke-12 akan membahas seputar pertanyaan-pertanyaan berikut ini:
- Apa dan bagaimana aplikasi atau temuannya di negara maju dan di Indonesia?
- Apa kritik terhadap Excellence Theory?
- Apakah Excellence Theory diajarkan di kampus?
- Bagaimana praktek Excellence Theory di Indonesia?
- Apakah Excellence Theory dapat diterapkan atau terlalu ideal untuk Indonesia?
- Istilah ‘koalisi dominan’ sangat popular, apa kaitannya dengan Excellence Theory?
- Apakah teori ini adalah teori yang kuno dan tidak berlaku lagi?